Pertama itu

Ada semangat yang tak patah, ada sesungging senyum yang seolah tanpa derita. Semangat itu seperti air, terkadang cair, terkadang menguap, mengembun atau bahkan membeku. Tapi kita hanya bisa berharap bahwa semangat tak pernah benar-benar menghilang. Kalau lah sedang tak terlihat, barangkali memang sedang menguap. Kita tinggal menunggu kapan akan membeku menjadi awan, hingga kelak kita akan temuinya sebagai hujan yang menyuburkan tanah-tanah.
Jikalah kehidupan ini adalah sebuah wadah. Maka aku berharap jika batasnya telah habis, maka isi dari semuanya adalah penuh dengan mutiara-mutiara kebaikan, cemerlang butir-butir permata. Apabila kehidupan ini adalah benang, maka ketika ujungnya berakhir aku berharap sepanjang benang itu berisi roncai manik-manik yang beragam warna. Tak harus seindah berlian yang berkilau tanpa cacat. Karena corak kehidupan manusia itu bukan tanpa cela, tapi memperjuangkan kebaikan.
Apabila kehidupan ini adalah sebuah jalan, maka aku berharap jika jalannya telah hampir sampai di batas akhir, aku ingin sesajak saja memiliki kisah kebaikan yang akan dikenang hingga kelak menjadi sejarah.
Teman...
Aku kagum kepada malaikat, karena dia tercipta begitu indah dan menawan dengan cahayanya yang begitu terang. Aku kagum pada malaikat karena mereka suci. Aku kagum ada malaikat karena setiap detiknya mereka selalu berdzikir dan dekat kepada PenciptaNya. Aku kagum dengan penciptaan malaikat, bahkan pernah terlintas dibenakku, aku ingin menjadi malaikat.
Tapi aku tak iri. Bukankah Dia pun telah berwasiat, manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Tapi manusia banyak yang berdosa, manusia banyak yang tak suci, manusia setiap waktunya banyak yang digunakan untuk kemaksiatan. Tapi manusia saling menyakiti... Kenapa paling sempurna?
Aku bertanya mengapa begitu...
Barangkali karena kita punya kesempatan, barangkali karena manusia dibekali dengan harapan. Ada jalan dan pilihan yang bisa dia pilih. Tentu saja dengan konsekuensi masing-masing. 
Betapa indah Rasulullah menuturkan kepada para sahabatnya, bahwa doa adalah harapan. Seutas doa pun bisa mengubah takdir.
Manusia diberi kesempatan. Barangkali kita tak sesuci malaikat, mungkin saja benar kita tak seteguh keimanan mereka.
Bukan ingin merasa lebih baik, hanya saja aku ingin meneguhkan hati. Bahwa semestinya kita selalu mensyukuri setiap jalan hidup. Entah seburuk apapun itu di masa lalu. 
Ada kelam dan pedih yang harus dan memang wajib dihadapi.
Mungkin kita tak seindah malaikat, tapi kita punya kesempata untuk memiliki cinta kepada Rabb dengan keindahan yang mungkin saja sama.

Temanggung, 11 November 2018

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sahabat yang Hilang

Hujan