Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

A kind of being uniq

Gambar
Seringkali dari kita menyesalkan banyak hal yang tidak maksimal. Ketika dalam dunia tulis menulis, kamu berpikir kamu harus menjadi yang terbaik, tetapi kamu tidak pernah merasa baik karena ternyata ada temanmu yang lebih baik dan menguasai medan dengan baik. Setelah itu kamu berpikir untuk hal lain, barangkali bakatmu ada di bidang desain, kamu pun mencoba banyak hal, mencoba menjadi yang terbaik, tetapi sayangnya kamu melihat ternyata disana ada yang lebih baik darimu, perhatian banyak orang selalu tertuju pada karyanya. Kamu pun menyesal dengan kemampuanmu sendiri, dan berpikir bahwa kamu tak cukup baik dalam hal tersebut. Penyesalanmu kemudian membuatmu ingin berpindah ke fokus lain. Dalam hal akademik barangkali kamu bisa menjadi yang terbaik, akhirnya kamu pun mencoba untuk belajar lebih dari biasanya, mencoba mengerjakan tugas lebih rajin. Tetapi semua tak berhenti disitu, kamu pun akhirnya menemukan orang lain yang menyaingimu. Dia ternyata berpikir lebih logis, menger

Kita dan mimpi

Gambar
Proses menjadi dewasa memang tak mudah. Seringkali kita dihadapkan pada tantangan yang begitu menyulitkan, menantang hal-hal yang bahkan diluar dari ekspektasi kita sebelumnya. Terkadang aku berpikir, dalam hidup kita dihadapkan pada banyak pilihan. Setiap opsi dalam pilihan itu tentu memiliki konsekuensi masing-masing. Setiap opsi memberikan jalan yang berbeda-beda. Ada yang memilih untuk mengambil jalan tak jauh dari dia hidup sebelumnya, tidak banyak resiko. Ada pula yang mengambil jalan yang begitu jauh dari dia hidup sebelumnya. Hanya mengandalkan kepercayaan dan keyakinan dia tetap melangkah, meski jalan begitu panjang, gelap dan penuh semak belukar. Ada dua pilihan dan kenapa dia mengambil yang sulit? Padahal dia tahu konsekuensinya, padahal dia belum tahu apakah setelah jalan sulit itu dia akan menemukan mungkin rumah impiannya atau tidak. Tetapi dalam setiap langkahnya, dia melihat tentang dirinya di depan sana. Dia melihat ke dalam gelap ada guratan cahaya yang mel

Diskusi Jasad dan Ruh

Gambar
Bayangkan, Bagaimana kalau ternyata wajah jasad dan wajah ruh kita itu berbeda. Bayangkan, bagaimana kalau ternyata cantik/gantengnya wajahmu di depan cermin jauh berbeda dengan wajah ruhmu. Orang tunanetra tidak pernah diijinkan untuk melihat wajah fisiknya, dan bagaimana kalau ternyata seperti itulah mata kita sekarang terhadap wajah ruh kita. Sudahkah merasa sempurna dengan cantik dan gantengnya wajah fisikmu sekarang? Wajah bersih, mata tajam, bulu mata lentik. Sempurna, pikirmu. Tapi apakah kamu yakin bahwa wajah jasadmu itu juga persis dengan wajah ruhmu? Minggu lalu ada sebuah musibah menimpa kawan organisasiku. Ayahnya yang beberapa minggu sakit, telah berpulang ke Illahi. Dia pun sah menjadi yatim. Gadis yang seharusnya masih membutuhkan sosok seorang ayah, yang masih membutuhkan seorang laki-laki yang melindungi tanpa tendensi apapun, lelaki tempatnya bersandar selama ini. Kini tak perlu lagi merasa butuh. Tak bisa lagi berharap yang serupa. Hari itu adalah mal

Hujan

How beautiful that is! When every water falling to the ground it will breaks the water below... Suara berisik alam yang akan sangat kamu rindukan ketika berbulan-bulan tidak hadir. Itulah hujan. Ini adalah hujan-hujan pertama setelah bulan-bulan yang panjang membuat bumi tampak begitu gersang. Hujan pertama yang akan menimbulkan bau khas debu kering tersiram air. Kamu tahu, mungkin kamu bisa merekam setiap moment dengan video atau kamera. Itulah mengapa orang berlomba-lomba membeli kamera mahal, agar moment yang terekam hampir sama persis dengan kejadian asli. Tapi sayang, tidak ada satu pun teknologi yang mampu merekam aroma, padahal seringkali hanya dengan aroma pikiran kita bisa saja melayang, de javu, memutar kembali rekaman masa-masa silam yang tersisa di neuron. Dan, aroma bau khas debu ketika hujan pertama kali datang, seringkali membawaku pada ingatan masa kecil dahulu. Bukan hal aneh mungkin, tetapi masa kecil adalah hal istimewa bagi setiap orang. Seorang anak kecil

Koma

Koma Oleh : Zahranisa Perempuan itu terdiam. Detik yang terus melaju semakin menghakimi, semakin menyudutkanya. Di sebuah ruangan berukuran tiga kali empat meter. Tubuh di depannya membeku. Sejuluran selang dari mulut dan dari tangannya. Sayup-sayup suara ‘tut’ ‘tut’ yang keluar dari sebuah mesin di sebelah kepala tubuh di depannya semakin jelas. Semakin didengar semakin memakinya, seolah meminta pertanggung jawaban untuk segera dikembalikan di ruangan tidurnya yang tak harus ia bergeming setiap detik sebagai suar kehidupan. Di genggamnya berkali-kali tangan dingin itu. Ditatapnya lekat-lekat wajah tanpa ekspresi di depannya. Berharap sepasang kelopak mata yang dahulu sering kali berkerling mendengar cerita-cerita konyolnya itu terbuka kembali. Kembali berkerling. Sekali lagi. Menatap kembali kornea yang menyiaratkan seribu kebahagiaan, kesedihan atau bahkan kebencian. Sekali lagi, sungguh! Sekali lagi, untuk memperbaiki retak-retak hubungan yang telah terjalin tahunan itu seb

Siapa Namamu?

Siapa Namamu? Oleh : Zahranisa Sudah lama nampaknya analisis ini kulakukan. Sekitar satu setengah tahun yang lalu, hati ini tergetar melihat sosok anggun serupanya. Aku masih ingat tepat 25 Agustus 2014. Sebelumnya aku tak pernah merasa penting dengan urusan rumah sebelah karena memang tadinya rumah ini di huni oleh sekelompok laki-laki, entah bagaimana ceritanya tahun ini nampaknya berganti penghuni menjadi perempuan. Beberapa hari terlihat beberapa orang sibuk bergantian keluar masuk membawa banyak barang ke rumah tersebut. Aku tak pernah berniat secara khusus mengamati, akan tetapi rumah pamanku yang kutinggali ini kebetulan hanya berjarak beberapa langkah saja dengan rumah tersebut, jadi mau tak mau kegiatan di rumah sebelah dengan mudah terdeteksi dari penghuni rumah paman, termasuk aku. Aku tinggal bersama paman Edi, bibi Melly, dan dua orang anaknya, Rio dan Raka. Rio masih duduk di bangku SD sedangkan Raka di bangku menengah. Keluarga ini menerimaku dengan tangan

Kamu Tahu

Kamu Tahu  Oleh : Zahranisa “Ini tidak mudah, aku sudah berusaha tetapi aku tidak bisa”, kata Azmi. “Apapun yang terjadi, aku harus beranjak”, perempuan di depannya membalas dengan singkat sembari melangkah pergi. Azmi hanya menyaksikan langkah itu semakin jauh dari tempatnya berdiri. Raganya seperti ingin melayang hilang bersama jiwa yang telah kosong tanpa mampu merengkuh harap yang terus tergerus waktu yang melarut. Tangannya ingin sekali meraih tubuh berbalut kain panjang itu agar tetap menemaninya berdiri, tapi harap itu hanya menggantung di imajinya. Dia buka buku di tangannya yang baru saja diberikan perempuan itu. ` Tetaplah melangkah di jalan ini, meski mata tak mampu memandang ujungnya, meski kaki terluka karena terjalnya, sekalipun hati harus sering menggigil karena sepinya. Tapi di sanalah Allah menaruh cinta yang sesungguhnya. Meski bukan harus yang kau mau, tetapi itulah cinta yang akan menemanimu ke surgaNya. Kamu tahu, skenarioNya tak pernah salah tercatat `

Jarak yang Cukup

Gambar
' Suatu hari nanti mungkin kamu akan paham mengapa ' Harapan kecil yang beberapa kali mulai meredup meski kutahu tak benar-benar menghilang. Mengapa bonsai lebih indah dari sebuah pohon tomat? Pohon tomat tumbuh subur hijau, kemudian tak butuh waktu lama untuk membuahkan tomat. Setelah itu umur pohon tomat tak lama setelah beberapa kali panen, dia akan kehilangan kesuburan kemudian mati. Tetapi tidak dengan bonsai, meski terihat tidak subur, bahkan sekilas terlihat tidak tumbuh bonsai tetap bernafas, bonsai tetap hidup, umurnya panjang seperti tanaman berakar tunggang lainnya. Telah lama, cukup lama untuk menunggu waktu ini. Ada banyak kesempatan, tinggal mencari cara untuk memulai. Ya, waktu dimana kita bisa saling berdekatan. Setelah itu kamu akan bahagia karena kamu akan mendapatkannya. Tetapi ada banyak pertimbangan mengapa jarak menjadi pilihan. Cukup apa yang ada sekarang. Tidak ada chatting, tidak ada saling menyapa meski hanya lewat media sosial. Jarak ya