Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Muhammad Al Fatih

Pada suatu waktu, seorang teman bertanya, “apa cita-cita kamu?”. Bukan pertanyaan yang ajaib, istimewa, bukan pertanyaan yang spesial. Pertanyaan yang bisa saja dia tanyakan kepada siapapun, pertanyaan yang bisa juga ditanyakan siapapun kepadaku. Pertanyaan cita-cita menjadi aneh ketika ditanyakan pada usiaku yang telah pasca remaja. Tidak banyak kemungkinan yang mampu membuatku bercita-cita banyak hal. Kemudian dia melanjutkan, “cita-cita itu bukan jabatan, bukan pekerjaan”. Ya, aku tahu dia benar, banyak orang berbicara tentang sesuatu hal yang nampak, tapi kali ini aku paham dia sedang berbicara tentang hakikat. “Aku ingin mempunyai anak yang luar biasa” jawabku saat itu, mungkin terdengar begitu pragmatis. Spontanitas. Tapi saat itu aku tidak melanjutkan penjelasan terperinci tentang jawabanku itu. Sebuah keputusan yang besar tentu saja berlandaskan perenungan yang panjang. Begitupun tentang cita-cita. Cita-cita sesungguhnya selalu berkembang selaras dengan perkembanga

Jujur pada dirimu sendiri?

Aku hanya merasa bersikap jujur pada diri sendiri bukanlah perkara mudah. Terlebih untuk jenis orang-orang introvert yang cenderung sangat misterius. Ibaratnya, mereka ingin dipahami tanpa mereka berucap sepatah kata pun. Suatu hari aku bermaksud memeriksakan mataku di sebuah optik. Bukan dokter, ya karena proses dengan dokter sangat ribet. Ini adalah pertama kalinya. Aku disuruh melihat susunan huruf yang tertera di dinding yang berjarak sekitar dua meter dariku. Satu persatu huruf kusebutkan hingga huruf kedua sebelum terakhir aku tak mampu melihatnya dengan jelas. Pada akhirnya petugasnya memasangkan lensa di depan mataku. Alhasil huruf lebih jelas kubaca. Petugas membantuku mencoba dengan dua jenis lensa. Lensa pertama adalah dengan ukuran minus 0,50 sudah jelas tetapi masih sedikit blur. Kemudian lensa 0,75 penglihatan lebih jelas. Sempat bingung memutuskan. “Kalo nggak lihat bilang aja Mbak”, kata petugas penjaga optik tersebut. Aku hanya teringat bapakku pernah men